Tuesday 7 April 2009

The Theory of Organization

The Theory of Organization

Tim dari peneliti-peneliti antropologi mendiskripsikan sebuah bisnis yang besar dan rumit disusun dari 24 divisi yang didistribusikan melalui Amerika Serikat dan dihubungkan bersama oleh sembilan anggota tubuh pusat pemerintahan. Setiap divisi memiliki hierarki dari posisi dan peran yang mengatur kekuatan dari total bisnis. Tim peneliti menjelaskan bisnis ini sebagai “organisasi formal”, sebuah unit social yang dengan sengaja didesign dan dibangun untuk mencapai tujuan spesifik.

Garis besar dan Definisi

The classical theory of organization mempertanyakan beberapa pertanyaan seperti: bagaimana pembagian kerja, bagaimana buruh dibagi, berapa level jabatan dan kontrol yang ada di sana, berapa orang yang ada di setiap level, apa saja fungsi dari spesifik job dari setiap orang.

The human relations school of thought mempertanyakan beberapa pertanyaan seperti: apa peran yang harus seseorang terima di organisasi, apa hasil status hubungan dari peran yang bervariasi, apa moral dan sikap dari manusia, apa kebutuhan sosial dan psikologi yang dimiliki seseorang, apa informal group yang ada di dalam organisasi. The human relations school of thought mempelajari kerja kelompok dari manusia.

The third school of thought biasa menanyakan hal-hal, seperti: apa saja bagian kunci dari organisasi, bagaimana mereka saling bergantung satu sama lain, apa proses di dalam organisasi yang memfasilitasi kesalingbergantungan ini, apa tujuan utama dari organisasi, apa hubungan antara organisasi dan lingkungan. The third school of thought disangkutpautkan dengan sistem sosial dan menekankan hubungan bagian-bagian dari seluruh organisasi.

Pertanyaan tentang motivasi, status, peran, moral, dan sikap menggarisbawahkan pandangan hubungan manusia dari organisasi.

The Classical School

Robert Townsend menasihatkan tentang organization charts di Up the Organization menunjukkan adanya the classical school. Isinya mengenai bahwa organization charts merupakan sebuah segitiga atau kerucut, di mana terdapat rincian mengenai orang-orang yang berada di level atas atau bawah. Jangan menjadikan chart tersebut hal yang dapat membuat Anda berfikir bahwa Anda hanya dapat berhubungan ke atas atau ke bawah saja. Sebab hubungan ke atas atau ke bawah dalam sebuah organisasi itu saling ketergantungan. Anda tidak dapat mengabaikan orang-orang yang memiliki level di bawah Anda atau sebaliknya. Perlakukan mereka dengan baik. Intinya adalah “tidak sulit untuk menerima bahwa setiap pria dan wanita adalah manusia, bukan sebuah segitiga.”

Teori klasik mengenai organisasi memerhatikan hampir seluruh design dan struktur dari organisasi, bukan dengan manusia. Sekitar perang dunia I, teori klasik berkembang dari pergerakan manajemen berdasarkan keilmuan (scientific management) yang mana setiap manusia dideskripsikan sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang dapat termotivasi dengan baik untuk bekerja. Manajemen berdasarkan keilmuan percaya bahwa para pekerja dapat menghasilkan sampai tingkat efisiensi maksimum jika mereka termotivasi oleh uang.

Teori kalsik mengorganisasi perkembangan para pekerja untuk memenuhi kebutuhan manajemen berdasarkan keilmuan. Dua tokoh yang paling terkenal dari the classical school adalah Henry Fayol dan Max Weber.

Fayol merekomendasikan prinsip-prinsip manajemen, yaitu:

  1. divisi kerja ( spesialisasi)
  2. otoritas dan tanggung jawab (kekuasaan)
  3. disiplin (larangan)
  4. kesatuan perintah (satu bos)
  5. kesatuan pimpinan (satu rencana)
  6. subordinasi dari individual interest sampai general interest (memerhatikan organisasi dahulu)
  7. renumerasi dari personnel (bayaran yang adil)
  8. sentralisasi (konsolidasi)
  9. scalar chain (rantai perintah)
  10. pangkat (setiap orang memiliki posisi yang unik
  11. keadilan (tegas, namun adil)
  12. stabilitas dari tenure of personnel (penjualan rendah)
  13. inisiatif (berfikir mengenai rencana)
  14. esprit de corps (moral tinggi)

Max Weber mengambil masalah dari pandangan Fayol tentang teori organisasi klasik, membedakan antara otoritas yang tak terceraikan dan legitimasi otoritas. Legitimasi otoritas menyediakan fondasi yang disebut “birokrasi”. Karakteristiknya adalah sbb:

  1. kontinusitas tegantung dari penganut yang mengatur
  2. daerah kompetensi di mana para pekerja berbagi kerja menuju tujuan yang spesifik dibawah ketetapan pimpinan terlebih dahulu
  3. pimpinan hierarki
  4. peraturan, baik itu norma atau prinsip-prinsip teknis
  5. pemisahan dari staff administrative dan kepemilikan dari alat-alat produksi
  6. pemisahan dari kepemilikan pribadi dan perlengkapan organisasi
  7. sumber daya bebas dari control luar
  8. struktur di manna administrator dapat memonopoli posisi personnel
  9. semua tindakan administrative, peraturan, kebijakan, dll ditulis

Keith Davis menasihatkan bahwa anggota dari birokrasi mungkin mempertahankan keamanan kerja selama mereka mengikuti peraturan.

Banyak dari literatur manajemen diringkas dalam definisi Scott dari organisasi formal: “sebuah system dari aktivitas group yang dikoordinasikan bekerja secara kooperatif menuju tujuan biasa di bawah otoritas dan kepemimpinan.” Scoot mengidentifikasi 4 komponen kunci dari teori organisasi klasik:

    1. divisi buruh

bagaimana jumlah kerja yang diberikan dibagi ke seluruh SDM yang ada.

    1. scalar dan proses fungsional

pertumbuhan vertical dan horizontal dan struktur organisasi. Scalar menunjuk pada hierarki dalam organisasi. Fungsional menunjuk pada kewajiban kerja yang spesifik dari setiap karyawan di organisasi.

    1. struktur

menunjuk pada jaringn kerja dari hubungan dan peran diluar organisasi. Struktur memungkinkan organisasi mencapai tujuannya secara efektif dan dengan perlakuan yang sesuai. Teori kalsik biasanya membedakan 2 jenis struktur: garis dan staff.

    1. span of control

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home