Friday 13 March 2009

PULANG KAMPUNG DENGAN UANG HASIL BERJUALAN DAGING AYAM TIREN

Tak hanya menggunakan baju baru, menyajikan makanan-makanan yang enak-enak tentu saja menjadi salah satu perhatian untama ketika hari raya Idul Fitri tiba. Daging ayam menjadi salah satu makanan yang paling dicari oleh banyak konsumen rumah tangga ketika Idul Fitri. Tak hanya dapat dibuat menjadi opor ayam sebagai teman ketupat lebaran, daging ayam juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan yang tentu saja nikmat rasanya. Tapi tahukah anda bahwa kini banyak sekali daging ayam yang telah menjadi bangkai dijual dipasar dan secara tak sadar telah menjadi panganan kita sehari-hari?

Lantai yang becek dan kotor, bau tak sedap dari berbagai macam barang dagangan yang menyengat hidung, banyaknya pedagang yang menjajakkan barang dagangan mereka di atas meja, dan ramainya para pembeli yang berseliweran hilir mudik mecari barang yang akan mereka beli merupakan suasana yang biasa kita jumpai di pasar tradisional. Suara pisau-pisau daging yang beradu dengan daging di atas meja tak kalah ributnya dengan ramai percakapan tawar-menawar yang terjadi antara para pedangang dan pembeli semakin menambah maraknya suasana pasar tradisional pada pagi hari. Di pasar-pasar inilah seringkali kita jumpai para pedagang daging ayam tiren yang sudah tak layak untuk dikonsumsi.

Pasar Harapan Indah salah satunya. Pasar tradisional yang terletak di Kawasan Bekasi, Jawa Barat tersebut merupakan salah satu pasar yang menjual daging ayam yang telah menjadi bangkai atau kita sebut ayam tiren (ayam mati kemaren) yang tak layak dikonsumsi. Dari sekian banyak pedagang ayam di Pasar Harapan Indah, terdapat serkitar 3 pedagang daging ayam tiren. Rosmani (37) salah satunya.

Pria yang sudah berkeluarga ini mengaku telah cukup lama menjual daging ayam. Tak hanya daging ayam segar, Rosmani juga menjual daging ayam tiren. Daging ayam tiren yang ia jual dipisahkan dari daging ayam segar. Biasanya ia meletakkan ayam tirennya di kolong mejanya. Hal tersebut ia lakukan agar tidak ketahuan oleh Dinas Pengawas Pasar dan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan).

Menjual daging ayam tiren, diakui Rosmani lebih banyak meraup keuntungan dari menjual daging ayam segar. Dan memang benar, keuntungan Rosmani sehari bisa mencapai 2x lipat dari menjual daging ayam segar. Tentu saja, harga ayam tiren jauh lebih murah dari ayam yang masih hidup. Saat menjelang hari raya Idul Fitri seperti sekarang ini, Rosmani mengaku ingin menabung untuk biaya berlebaran bersama keluarganya di kampung, Karawang. Namun ia tak sadar bahwa yang ia tabung bukan hanya uang, tetapi juga dosa. Tak hanya membohongi masyarakat dengan menjual ayam yang sudah menjadi bangkai, tapi ia juga telah menyebarkan penyakit bagi siapa saja yang mengkonsumsinya.

Rosmani mengatakan daging ayam tiren yang ia jual sudah memiliki pembeli tetap. Mereka biasanya adalah pedagang makanan-makanan murah, diantaranya adalah tukang mie ayam, tukang ayam goreng tepung di gerobak-gerobak, dan tukang mie dok-dok. Para pedangang makanan tersebut memang sengaja membeli ayam tiren di pasar langganan mereka. Motiv mereka tak lain dan tak bukan adalah sama dengan Rosmani, yaitu mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dari barang dagangannya.

Parahnya, konsumen rumah tangga seringkali terjebak dengan para pedagang daging ayam tiren ini. Hal itu disebabkan tak adanya pengetahuan masyarakat dalam mengenali ciri-ciri daging ayam tiren. Untuk mengenali pedagang yang menjual ayam tiren, terlebih dahulu kita harus memperhatikan cara mereka meletakkan daging ayam dagangan mereka. Penjual daging ayam tiren biasanya meletakkan dagangan mereka di dalam baskom yang berisi air. Biasanya mereka juga telah melumuri pemutih di tubuh daging ayam tiren tersebut. Hal itu dilakukan untuk menutupi warna kebiru-biruan dari daging ayam tiren yang disebabkan penggumpalan darah karena aliran darahnya sudah terhenti.

Daging ayam tiren memiliki bau busuk seperti bau bangkai. Kulitnya juga tidak kencang lagi, dan bila dipotong dagingnya akan berwarna merah darah. Tak hanya itu, daging ayam tiren juga akan mengeluarkan darah yang sedikit ketika dipotong. Hal yang paling menyolok dalam mengenali penjual daging ayam tiren adalah jika penjual tersebut menjual daging ayamnya dengan harga yang jauh lebih murah dari pedangang lain. Hal tersebut tentu saja sangat menyolok mengingat saat ini harga daging ayam sedang melonjak naik.

Ketika sudah digoreng, ayam tiren memiliki rasa yang kurang enak. Meski tak dapat begitu dikenali dari rasanya, mengenali daging ayam tiren yang sudah diolah juga dapat melalui indera penciuman kita. Biasanya, meskipun sudah diolah, daging ayam tiren tetap berbau busuk. Jika kita menemukan makanan dari olahan ayam yang berbau busuk, makanan tersebut patut dicurigai terbuat dari daging ayam tiren.

Namun para pembeli biasanya kurang cermat dalam menghadapi hal ini. Biasanya mereka akan begitu saja tergiur dengan penjual daging ayam yang menjual daging ayam dengan harga di bawah rata-rata. Para konsumen rumah tangga pun juga ingin mendapatkan keuntungan dari hal ini, namun mereka belum tahu apa akibat yang akan disebabkan dari mengkonsumsi daging ayam tiren ini.

Mengkonsumsi daging ayam tiren tentu saja sangat berbahanya. Selain karena sudah menjadi bangkai, kita juga tidak tahu apa yang menyebabkan ayam itu mati, mungkin saja disebabkan oleh virus flu burung. Jika sudah begitu, kita pun dapat tertular penyakit flu burung yang mematikan tersebut.

Untuk menghindari membeli daging ayam tiren, sebaiknya kita lebih cermat ketika berbelanja daging ayam di pasar-pasar tradisional. Kita harus meneliti dulu daging ayam yang akan kita beli baik-baik. Jangan sampai kita terjebak karena tergiur oleh harga yang lebih murah dan hindari mengkonsumsi makanan-makanan yang terbuat dari ayam yang diajajakkan di pinggir jalan dengan harga yang sangat murah.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home